Sebuah Seni Lulus Nge-ODOP

 Halo squad... πŸ‘‹

Yang suka dunia literasi mana suaranyaa? 🎀🎀Wah... ternyata banyak banget yaπŸ˜ƒπŸ˜. Oke-oke, tenang. Nggak ada yang minta buat goyang kok, cuma check sound aja hehe.

Sudahkah kamu punya tempat duduk yang membuatmu makin semangat nulis? Sayang sekali kalau belum menemukan. Tak apa, sini aku bisikin sesuatu. Baca terus aja tulisan ini sampai selesai.

Sedikit cerita, aku suka sekali dengan hal tulis-menulis sejak SD sampai sekarang. Pokoknya hal yang beraroma literasi aku suka. Tapi, waktu itu kesenanganku itu terasa sia-sia. Kalau ditanya hobinya apa, aku jawab "menulis" . Padahal aku hanya menulis kalau ada tugas aja. Nggak da waktu khusus atau tempat yang membuatku bisa dikatakan benar-benar cinta literasi.

Akhirnya, waktu duduk di bangku SMA, aku mulai cari-cari komunitas-komunitas menulis yang bisa aku jadikan wadah untuk mengekspresikan diri, meng-up tulisan, juga gali ilmu seputar literasi. Udah banyak juga grup-grup literasi yang aku ikuti, tapi tidak ada satu pun yang terasa nyaman. Aku di sana hanya sekadar menulis kata sapaan kalau kakak miminnya chat pagi-pagi, lalu aku akhiri dengan kirim sticker gambar oppa Korea lagi bobok. Maksudku, di sana aku hanya aktif sebagai penjawab salam waktu dari kakak mimin, nggak ada yang menantangku untuk berani menulis.

Aku pikir, karena komunitas-komunitas yang aku ikuti sama sekali tak menarik harga, makanya membuat dirinya tak tertantang. Lalu aku cari komunitas berbayar yang aku rasa bisa membuatku pede dan  puas mengekspresikan tangan alias tulisanku. 

Tapi yang ada malah kecewa. Kok bisa? Iya, ternyata komunitas berbayar yang aku ikuti cuman niat memperkaya diri aja. Udah berbayar, mentornya nggak tanggung jawab, adminnya nggak jelas, dan parahnya nggak berlanjut sampai batas waktu belajar yang telah disepakati. Ah tega beneeer😭 Pun biaya gabung ke komunitas itu juga lumayan terasa di kantong. 

Bukan berarti komunitas literasi yang berbayar seperti loh ya, masih banyak kok komunitas literasi berbayar yang bisa dipercaya. Tips dari aku, kalau kamu pengen gabung di komunitas literasi berbayar maka pilihlah yang sudah punya nama. Kenapa begitu? Ya, kalau mereka udah punya nama, mustahil kalau ada rekayasa penipuan. Pun juga bisa dimintai pertanggungjawaban kalau ada yang nggak beres.

Komunitas literasi berbayar? Ah, enggak deh (sambil melirik ke tanah). Hayooo ada yang bilang kayak gitu? 

Tenang, aku kasih tau solusinya. 

Alhamdulillah, akhir-akhir ini aku menemukan komunitas literasi dengan biaya NOL RUPIAH dan bisa banget dipercaya, salah satunya adalah Komunitas One Day One Post (ODOP). ODOP adalah komunitas literasi yang udah membumi dan banyak diminati. Alhamdulillah banget, aku lolos seleksi di batch ke-8 (sekarang) dan bisa gabung jadi anggota di keluarga besarnya.

Gambar logo Komunitas ODOP, bersumber dari ig komunitas ODOP

Apa sih tujuannya ikut odop? Emang bikin nyaman duduk di sana? Anggotanya ada batasan usai kagak?

Tujuanku gabung di ODOP adalah untuk mengasah bakat minta di dunia literasi. Dan jangan tanya masalah nyaman atau enggaknya, udah pasti jawabannya nyaman bingits. Di komunitas itu, aku punya banyak teman baru yang bukan orang sembarangan. Banyak diantara mereka yang udah punya buku solo, jadi founder komunitas besar, juri lomba bidang literasi, atau orang-orang yang punya jabatan penting di media literasi (penerbit, koran, majalah, dan sohib-sohibnya). Dan... Jangan khawatir masalah usia, di ODOP nggak ada ngasih batasan usia kok. Mau sampai kakek nenek pun boleh banget join. Atau, yang masih dedek-dedek juga seratus persen boleh gabung. Sebab, yang dibutuhkan dalam literasi dan di komunitas ODOP adalah tulisan, keseriusan, dan niat yang bener.

Kalau suatu komunitas dihuni oleh orang-orang yang bukan sembarang, tentu komunitas tersebut juga bukan kaleng-kaleng.

Di ODOP, mau tidak mau setiap anggota digencar untuk menulis tiap hari. Eits, bukan cuma nulis aja, tapi juga mempublikasikan tulisan. Percaya atau enggak, tugas mempublikasikan inilah yang makin menantang kecintaan literasi dalam diri masing-masing, karena dengan itu kita merasa ditantang untuk menulis segala hal yang layak "disantap" orang lain. Itulah yang membuatku malah merasa nyaman meski di ODOP tidak memfasilitasi zona nyaman, apalagi zona aman. 

Begitulah sebenarnya seni untuk lulus nge-ODOP. Maksudnya? Ya, jadi di ODOP ada tugas untuk menulis dan memposting tulisan tiap hari. Ingat loh, TIAP HARI. Medianya ada tiga macam; Instagram, Facebook, atau Blog. Tinggal pilih salah satu aja yang bisa kamu jadikan wadah nuangin tulisan, jangan dua wadah, aku maunya satu tangan kamu buat gandeng akuπŸ˜‚ #paansii. Nggak hanya nulis + post aja, tapi juga ada penilaian ke aktifkan. Plus, masih banyak juga challenge yang bikin gemes. Ah, pokoknya segala yang kita lakukan selama jadi murid ODOP bakalan dinilai. Nah, agar lulus dari "sekolah" ODOP, yang perlu dilakukanlah adalah rajin-rajin nulis, jangan sampai punya hutang nulis (takut aja ada rentenir πŸ˜„), dan jangan pendiam. Gunakan jempol kamu untuk aktif di grup, terutama saat ada diskusi. Itulah seni lulus nge-ODOP. Semoga yang udah jadi keluarga besar ODOP, yang masih jadi murid ODOP, bisa lulusan cumlaude semua yaaπŸ˜ƒπŸ€— aamiin...

Aku berharap benar agar ODOP semakin gencar membumikan virus literasi. Nah, buat kamu yang lagi cari-cari komunitas nulis yang GRATIS dan bikin NYAMAN, ODOP-lah solusinya. 

Yuk join, pantengin aja ig-nya ODOP biar kamu nggak ketinggalan informasi oprec batch selanjutnya. 

Aku tantang kamu duduk selantai dengan orang-orang hebat di "rumah"  ODOP πŸ˜ƒπŸ”₯πŸ”₯



#Litersi

#Menulis

#OneDayOnePost

#ODOP

#ODOPChallenge1













Komentar

  1. Baiklah akan kubuktikan. πŸ˜€

    BalasHapus
  2. Yes...semangat ng- ODOP, Siap action!

    BalasHapus
  3. salam sobat ODOP batch 8 ... semangat 43 ya agar selalu bisa berkarya tanpa suara tapi syarat makna ...

    BalasHapus

Posting Komentar