Mondok

Assalamualaikum...

Halo squad blogger...

Sebentar lagi hari Santri. Jadi, aku mau cerita tentang kisah mondokkuu. Begini...

Ayahku bukanlah seorang santri yang bertahun-tahun ngabdi di sebuah pondok pesantren. Bukan. Begitu pun ibuk. Mereka berdua hanya pernac mencicipi nikmatnya ngaji di TPQ. Kata ayah, TPQ dulu tidak seperti TPQ yang kebanyakan sekarang, tapi dulu penanaman tentang moral dan ngaji kitab kuning juga diutamakan. Berbekal dari situ, ayah ibuk menjadi sepasang kekasih yang sama-sama taatnya pada Allah SWT. Merekalah yang menjadi pencerah hidupku dan empat orang saudaraku.

Kakak pertamaku di sekolahkan di MAN Denanyar sekaligus mondok di komplek itu. Saat itu, di kampungku belum ada yang menonjolkan anaknya. Bahkan rumor yang beredar mengatakan kalau mondok itu hanya untuk anak nakal. Makanya mereka malu kalau memondokkan anak-anaknya. Atau, banyak juga yang berpikir kalau memasukkan anaknya ke Pondok sama artinya dengan memberikan jaminan masa depan yang susah ditebak, terutama dalam mencari pekerjaan. 

Berbeda betul dengan cara pandang ayah ibukku. Ayah dan ibuk yakin betul kalau mondok justru akan mendatangkan kebaikan, tentu saja karena di sana siapa pun akan mendapatkan pencerahan ruhaniah. Ayah selalu mengingatkan kami bahwa masa depan itu bukan diperoleh dari sekolah formal saja. Buktinya, banyak orang sukses yang memiliki background pondok. Setiap kali kakakku ragu ingin melanjutkan mondok sambil kuliah atau kuliah sambil kerja, ayah dengan ringannya memberikan petuah ke-ayah-an, "wes gak usah mikir duit disik. Iku tanggungane ayah, doakan ae ayah lancar rezekine. Saman sinau lan ngaji sing mempeng ae, insya Allah bakal dicukupi Gusti Allah kelawan oleh barokahe Kyai."

Sungguh, betapa hebatnya ayahku. Begitu pun ibukku. Sebagai seorang ibu, pasti ada rasa berat dalam hati saat berpisah dengan anaknya. Tapi, rasa itu dilawan ibukku dengan lantunan doa-doa yang rutin dilambungkannya setiap pagi dan sore, juga saat rindu mengancala.

Setiap kali ingin pulang alias ada sedikit iri pada teman-teman yang tidak mondok, aku teringat pada betapa hebatnya ayah ibuk untuk memondokkanku. Sekarang, aku nyaman di pondok. Dan nanti, semoga Allah mengizinkanku berkelana di bumi bagian mana pun, yang tetap dalam lingkungan pondok atau dengan membawa nilai-nilai pondok.









Komentar

  1. Pas baru mondok sering rindu rumah, eh gitu lulus malah rindu pondok

    BalasHapus
  2. Pondok Pesantren emang the best hehhe:) Banyak ilmu plus yang didapatkan:)

    Loveee .... MaasyaAllah

    BalasHapus
  3. wah iya ya, sebentar lagi mau hari santri... selamat hari santri bagi yang pernah mondok

    BalasHapus
  4. Aku malah menyesal gak mondok 😭

    BalasHapus
  5. wah..selamat hari Santri ya, dari santri untuk santri Indonesia

    BalasHapus
  6. Sekarang ada banyak santri/santriwati yang setelah lulus malah lebih sukses dari orang lain, kok. Sebagai sesama santri, kita harus senang dan bangga.

    BalasHapus

Posting Komentar