Puisi

 Bisik lelah menyentuh perlahan kulit kaki

hingga terasa pada setiap bola partikel darah.

Sakit, kesal, menyesakkan.

Mata ingin menangis, tubuh bermimpi berhenti

sejenak dari segala langkah perjuangan.

Tapi setiap kali aku berharap itu, bola mata coklat tua 

selalu menyapaku, dengan senyum yang membuatku 

pantang berhenti

berjuang.

Itu bola mata ibuku, yang selalu senada sehangat 

senyumnya. Terasa tak pantas jika aku berhenti

sedangkan perjuangan ibu lebih berat dariku.

Di balik kelambu malam, sayup-sayup kudengar bisikan ibu

pada Tuhan, ia menyebut namaku dalam doa baik.

Aku semakin kuat dipijakan, tak peduli berapa tantangan

jadi rintangan, melangkah akan jadi kepastian

dan perjuangan akan tetap dilanjutkan.

Bukan demi ibu, tapi karena aku sayang ibu.



Komentar