Inilah Aku


Usiaku sudah 18 tahun. Kurasa, aku sudah dewasa. Aku tak pernah menyangka telah tumbuh sekian tahun, tapi baru kusadari apa yang terjadi dalam diriku. Ah, lebih tepatnya, apa yang harusnya aku lakukan.



Saat aku duduk di bangku kelas empat SD, nampaknya guruku yang pertama tahu apa potensi dalam diriku. Guru itu, selalu membuatku senang saat mata pelajaran Bahasa Indonesia sebab beliau selalu memuji karya tulisku. Maaf, aku masih merasa terbuai dengan pujian di masa itu. Setiap kali pelajaran Bahasa Indonesia, guruku meminta membuat tulisan apa pun, dan akhirnya selalu memberi penghargaan untuk tulisanku.

Mulai dari bangku kelas empat itu, kepalaku refleks menjawab "menulis" setiap kali ditanya hobi. Ayah ibuku mendukung, pun juga keempat saudaraku. Mereka selalu memameriku dengan masa depan yang menyenangkan kalau aku menjadi penulis. Aku pun selalu terbuai dalam mimpi-mimpi menyenangkan itu.

Sayang, aku hanya mengatakan kalau hobiku menulis, padahal realitanya tidak. Aku memang suka menulis, tapi tidak berarti selalu menukis tiap waktu senggang. Ah, ini adalah kesalahan penafsiran hobi! Aku jarang sekali menulis yang mengantarkanku pada kecintaan pada penulisan itu sendiri.

Aku lama tak menulis, sebab itu hanya mimpi. Kupikir, mimpi tak perlu repot-repot digali sejak dini. Ah... Hingga aku merasakan sendiri, salah satu pendukungku pergi. Aku tak percaya kehilangannya, ia begitu penting dihidupku. 

Sejak itulah, seperti tamparan dari Allah, seperti cemeti penggerakku lebih berpacu jauh dan maju, aku akhirnya bergerak. Melangkah. Menggali. Menulis. 

Aku mengikuti banyak hal dalam hal penulisan, dan akhirnya... dibuat nyaman oleh satu komunitas... Odop.

Aku ingin mengodop dan menjadi diriku yang baru, yang lebih sukses dan maju.
Aamiin...








Komentar