Cerita Sore ini Perihal Insecure

 Aku tak ingin berpuisi, bukan karena diriku tak bisa mengolah kata menjadi seni. Bukan. Aku hanya ingin mengatakan apa yang harusnya kukatakasn saja, pada tulisan ini. Aku tak ingin berceramah, bukan karena aku tak punya suatu bekal amanah, tapi aku hanya ingin menemanimu, melalui tulisanku.

Aku ingin mencery kisah seorang temanku, yang kurasa banyak orang mengalami hal serupa sepertinya. Kuharap kamu tidak, atau kalaupun dulu pernah "iya", sekarang kamu sudah tidak lagi. Begini ceritanya...



Suatu siang yang tak teramat terik, aku duduk di sebuah kursi panjang. Sambil menikmati seduhan napas angin, tanganku sibuk merangkai tulisan hingga layak dipajang di majalah dinding. Seorang temanku datang menghampiriku, dan jadilah kursi panjang itu terisi kami berdua. Tak ada sisa kursi selain celah diantara kita berdua. 

Layaknya hidangan biasanya, kami mulai pembicaraan dengan basa-basi. Pun kala itu kami baru kenal, baru saja beberapa hari bertemu belakang itu. Lalu, entah angin saat itu sedang membawa sebuah kata "insecure" atau bagaimana, tiba-tiba saja temanku membicarakan hal itu. Ia mulai bercerita ini itu, tentu perihal betapa tidak bersyukurnya dirinya dulu. 

"Dulu, aku seperti kehilangan diriku sendiri," katanya dengan sedikit garis bibir.

Setelah itu ia bercerita bagaimana dulunya ia dibully, direndahkan, dan dijadikan teman hanya saat teman-temannya membutuhkan jawaban atau asupan jajan. Aku turut iba saat matanya berkaca. Terlihat benar ia berbeda dengan yang sekarang. Siapa pun pasti tak menyangka kalau ada sisi kelam seperti itu dalam masa lalunya. 

Setelah itu, mentari sedikit melorot ke barat. Kami sudah lama duduk di sana, ia terlalu asyik menceritakan dirinya dan aku terlalu nyaman duduk mendengarkan. Dia membenarkan posisi duduknya, lalu berkata "Kamu pasti tau aku sudah berbeda. Resepnya cukup mudah, aku hanya butuh menghargai diri sendiri. Aku bilang diriku tinggi, meski kenyataannya tidak. Aku bilang wajahku cantik, meski sesungguhnya sebaliknya. Aku rasa, begitulah, kita hanya perlu mengapresiasi diri kita dalam hal apa pun."

Aku mengangguk, setelah itu ia pergi. Dalam hati aku meyakini kalau banyak orang di luar sana yang mengalami hal sama seperti yang temanku itu alami. Selama ini aku melihat orang-orang pun mengalami hal serupa, beberapa orang lebih tepatnya.

Aku harap, kita tidak begitu. Kalau kamu punya teman yang "seperti itu", kuharap kamu tau apa yang harus dilakukan. Jangan Samapi teman kamu terlalu curam dalam jurang insecure.















Komentar