Batu Ajaib Zaman Rasulullah

Gambar ilustrasi batu pembuat tepung di rumah Sayidah Fatimah 


Squad, sini aku bisikin tentang cerita batu ajaib di zaman Rasulullah 🤫 Kalo ada yang baca sambil rebahan, jangan sampai ketiduran sebelum cari hikmah di balik kisah hebat ini ya, hehe. Udah yuk, kita baca bareng-bareng 🤗 Eits, sebelum itu, squad harus tau kalau kisah ini diambil dari sumber terpercaya, yaitu kitab Uqud al-Lijain karya Syaikh Muhammad Ibn Nawawi.

Alkisah, suatu hari Rasulullah Saw mengunjungi rumah putrinya tercinta, Sayidah Fatimah, yang juga merupakan rumah menantunya, yaitu Aku bin Abi Thalib. Saat itu, di rumah hanya ada Fatimah, yang sedang menggiling gandum dan biji-bijian untuk dijadikan tepung. Dulu, cara membuat tepung cukup rumit dan merupakan pekerjaan rumah yang paling berat. Bagaimana tidak, batu yang sangat berat harus diputar pelan-pelan (karena kalo diputar cepet juga nggak bisa sangking beratnya) sambil dimasuki gandum sedikit demi sedikit. Bayangkan saja, pekerjaan rumah itu dilakukan sendirian oleh seorang perempuan muda, setiap hari pula. Masih belum selesai sampai tepung aja, tapi juga harus dimasak sedemikian rupa hingga menjadi roti. Ah, squad bisa bayangkan kan kalau itu terjadi di saat dunia masih kuno, alias belum ada alat-alat canggih untuk membuat roti dengan mudah dan menghemat waktu.

Karena sangking terus-menerusnya, tangan Sayidah Fatimah sampai kapalan. Tentu terasa sakit saat digunakan membuat tepung, roti, atau pekerjaan rumah lainnya. Belum lagi, tubuh Sayidah Fatimah pasti sangat lelah. Nah, kebetulan saat itu Rasulullah datang saat beliau menggiling gandum untuk dijadikan tepung. Seperti biasa, Rasulullah duduk di samping Fatimah yang sibuk membuat tepung. Beliau berdzikir semabri menemani putrinya tercinta. Tapi, tiba-tiba Sayidah Fatimah menangis. 

"Ada apa, Putriku Fatimah?" tanya Rasulullah Saw pada Sayidah Fatimah.

Karena masih menangis, Sayidah Fatimah belum mampu menjawab. Mulutnya terasa lemah sekali untuk mengeluarkan kata-kata penjelasan, yang hanya bisa dilakukan hanyalah menangis. Akhirnya, Rasulullah melanjutkan kalimatnya lagi.

"Wahai putriku, janganlah menangis. Sesungguhnya apa pun yang membuatmu sedih juga menjadi kesedihanku. Semoga Allah tidak menurunkan kesedihan yang membuat dirimu menangis," kata Rasulullah sembari mengelus lembut kepala putrinya itu.

Setelah tangis Sayidah Fatimah reda, beliau bisa menjelaskan apa yang membuatnya menangis. "Wahai, Ayahku tersayang, sesungguhnya aku menangis karena ini," jelas Sayidah Fatimah sambil menunjuk ke arah batu pembuat tepung dihadapannya. "Aku sangat lelah melakukan hal ini terus menerus. Tanganku juga terasa sakit."

Rasulullah Saw. diam mendengarkan penjelasan Sayidah Fatimah. Lalu, putrinya mendekati beliau dan ikut duduk di sampingnya.

"Wahai Ayah, bolehkah aku minta satu hal? Aku mohon, tolong bicaralah pada Ali untuk memberikan padaku seorang pembantu. Pekerjaanku akan akan cepat selesai dan tidak membuatku kelelahan," pinta Sayidah Fatimah pada Rasulullah.

Rasulullah Saw. tak menjawab, beliau masih diam hingga berdiri mendekati batu pembuat tepung. Dengan mengucap basmalah, bacaan tasbih, bacaan hamdalah, dan beberapa bacaan lainnya, beliau mulia menggiling gandum sedikit demi sedikit dengan batu itu. Atas izin Allah, batu tersebut menggiling sendiri tanpa perlu di sentuh tangan Rasulullah. Batu itu menggiling gandum hingga ludas, semua gandum selesai dijadikannya tepung. Lalu, Rasulullah menyuruh batu itu untuk berhenti dan berhentilah batu itu. Sayidah Fatimah tercengang melihat kejadian itu, beliau menangis sembari mengucap istighfar. 

Tapi, ada satu hal lagi yang membuat Sayidah Fatimah lebih tercengang, yaitu...

Setelah batu pembuat tepung itu berhenti, tiba-tiba ada suara isak tangis. Itu bukan suara Sayidah Fatimah, melainkan suara batu itu. Batu pembuat tepung itu menangis dan berkata, "wahai Baginda Nabi, sungguh, apabila aku diutus untuk tetap menggiling gandum tanpa disentuh tangan sekali pun, aku akan melakukannya terus-menerus tanpa harus diperintah, tanpa perlu di sentuh. Aku akan melakukannya setiap hari dan setiap waktu. Sungguh, aku mendengar engkau bersabda bahwa sesungguhnya bahan bakar neraka adalah manusia dan batu. Aku takut kalau ternyata aku adalah salah satu dari ribuan batu yang menghuni neraka."

Rasulullah Saw. tersenyum, lalu berbicara pada batu. "Janganlah kamu takut, karena sesungguhnya kamu adalah milik putriku tercinta. Putriku akan masuk ke dalam surga dan kamu juga akan mengikutinya."

Sayidah Fatimah yang berdiri di samping Baginda Nabi, sungguh tercengang menyaksikan apa yang terjadi. Kakinya gemetar, keringat dingin merembes di pelipisnya, antara istighfar dan syukur beradu saling kuat dalam dirinya. Beliau bersyukur karena dapat menyaksikan dua makhluk Allah yang berbeda bisa saling berbicara dalam bahasa yang sama. Dan istighfar karena merasa sangat berdosa terhadap batu itu dan Allah.

Rasulullah melirik putrinya setelah batu itu berhenti berbicara, lalu beliau tersenyum. "Bagaimana? Apakah kamu masih ingin mecari pembantu untuk menggunakan batu ini? Atau ingin menjadikan batu ini bisa berputar sendiri seperti yang ia katakan tadi?" tanya Rasulullah pada Sayidah Fatimah.

Dengan mantap Sayidah Fatimah menggeleng. "Maafkan saya, Ayah. Seharusnya saya bersyukur karena ternyata batu itu terasa berat juga karena diutus Allah seperti itu. Saya tidak ingin mencari pembantu atau menginginkan batu itu bisa berputar sendiri. Sungguh, saya seperti mendapatkan sesuatu yang mulia jika apa yang saya pakai merupakan takdir yang telah ditentukan Allah kepada saya."

Rasulullah mengangguk pelan dan tersenyum atas jawaban dari Sayidah Fatimah. Lantas, beliau berkata, "bersabarlah atas kelelahanmu saat ini, karena Allah akan menggantinya dengan tiga hal, yaitu menambah kebaikan, menghapus kesalahan, dan meninggikan derajat."

Masya Allah😭.... Squad, itu tadi kisah batu ajaib zaman Rasulullah yang merupakan batu pembuat tepung milik Sayidah Fatimah. Mari kita syukuri terhadap apa yang diberikan Allah SWT untuk kita. Kalo disuruh si Mas atau Emak buat nyiapin makanan, jangan pernah ngeluh. Meski udah enggak pakai batu pembuat tepung, tapi masih ada pisau, wajan, panci, dan kawan-kawannya. Mulai sekarang, sayangi makhluk dalam wujud apa pun dah, kecuali setan ya... 😁 Semoga bermanfaat😉









Komentar

  1. Masya Allah, kenapa jadi malu ya. Jaman sekarang yang semua bisa serba instan tapi masih ngeluh mulu.

    BalasHapus

Posting Komentar