Asal Muasal Gelar Haji-nya Orang Indonesia

Halo squad...

Udah pada tau asal mula gelar haji dan hajah belom? Ini tuh penting banget loh untuk diketahui. Kalo belom tau, yuk kita bahas bareng. Come on...

Dulu, saat masa kerajaan masih berdiri di Nusantara (Indonesia), Belanda berusaha mengembangkan negara dalam negara. Tepatnya, saat itu masa Kerajaan Aceh, Belanda berusaha menggulingkan kerajaan itu hingga tunduk patuh padanya. Sejak awal, Kerajaan Aceh tidak suka dengan Belanda karena caranya bersosial dan perbedaan agama. Apalagi, notabenenya si Belanda udah jelek sebab selalu membuat onar di beberapa kerajaan Nusantara. 

Gambar Kerajaan Aceh
Sumber : materi belajar

Karena tidak saling suka, Belanda dan Kerajaan Aceh saling beradu. Tentu melewati perang panjang yang membuat Aceh berkali-kali gagal. Tapi, perlu diketahui squad, kalau kerjaan Aceh tak gentar dengan yang namanya kekalahan. Udah kalah, jatuh, gugur, tetap aja bangkit dan berjuang lagi. Semangat mereka untuk mengusir penjajah tak pernah padam. Padahal tiap kali perang, Kerajaan Aceh selalu kalah dan rugi biaya yang besar, salah satu faktornya juga sebab persenjataan kala itu kalah canggih dengan milik Belanda. 

Tentara militer Aceh susah sekali ditaklukkan Belanda, yang membuatnya kewalahan. Meski selalu menang, tapi Belanda juga menghabiskan banyak biaya perang, belum lagi juga puluhan pasukannya mati dalam perang. Akhirnya, mulailah si Belanda cari ide agar Aceh ini mudah digenggam dan ditekuklututkan.

Yang perlu digarisbawahi—kalo perlu distabilo sekalian—Belanda mencari dan akhirnya menemukan ide yang membuatnya berhasil mengalahkan Aceh, dan ide tersebut adalah lingkup pendidikan. Apa itu? Jadi, Belanda menyuruh orang yang ahli dalam penelitian lingkungan untuk mengamati titik kelemahan sekaligus yang membuat Aceh kuat bertahan. Orang itu adalah Snouck Hurgronje.

Karena di Aceh adalah daerah Islam, Snouck Hurgronje mengubah namanya dengan nama yang ke-Indonesia-an sekaligus ke-islam-an. Lalu, ia mulai menyusup di tengah masyarakat dengan tujuan mengamati apa yang membuat mereka kuat bertahan hingga titik darah penghabisan. Lalu, ditemukanlah sebuah rumusan masalah yang membuat Snouck meminta ke Belanda untuk di kirim ke Mekah. Snouck tau kalau orang-orang Aceh banyak yang pergi berlayar ke Mekah untuk melakukan ibadah haji, tapi ia yakin benar kalau itu akan menjadi kunci menaklukkan Aceh sendiri.

Foto Dr. Cristian Snouck Hurgronje yang menyamar menjadi orang Islam.
Sumber : steemit

Di Mekah, Snouck mengubah namanya menjadi Abdul Ghofar (ada juga yang bilang Abdul Jabbar) agar tidak ada yang curiga kalau dirinya sebenarnya bukan melaksanakan ibadah haji—karena ia bukan orang Islam—tapi untuk mengetahui apa yang pribumi Aceh lakukan selama di Mekah. Benar saja, setelah melakukan penelitian lapangan, Snouck tau apa kuncinya. Sebelum itu, ia rajin mengikuti kajian-kajian keislaman dengan oara ulama terkemuka yang beberapa santrinya adalah pribumi Aceh. Dan kunci jawaban itu adalah orang-orang Aceh yang pergi ke Mekah bukan hanya untuk melakukan ibadah haji saja, tapi juga untuk belajar dengan para orang-orang hebat.

Nah, dari sini squad udah tau kan seberapa pentingnya pendidikan?

Oke lanjut lagi.

Setelah berhasil menemukan kesimpulan dalam penelitiannya, Snouck mengabarkan ke Belanda kalau orang-orang Aceh yang hendak melakukan ibadah haji harus diperketat. Selama ini, orang-orang yang hendak pergi haji malahan seperti dipersilakan dengan tangan terbuka, karena kalau banyak orang Aceh yang haji, akan sedikit orang yang sisanya. Dengan begitu, Belanda bisa mengalahkan Aceh dengan menjentikkan ujung jari. Ternyata cara itu malah membuat tujuan yang sebaliknya, orang-orang yang pulang haji tambah pintar dan akhirnya membumikan pendidikan Islam di wilayah Aceh. Makanya tak salah kalau orang Aceh pada semangat dan pinter-pinter.

Dengan cepat, Belanda menjadikan syarat untuk berangkat haji jadi sulit. Dulunya, orang-orang yang akan pergi ke Mekah tidak perlu capek-capek atau diperas sedemikian rupa. Tapi sekarang (masa itu), orang-orang yang akan pergi haji wajib tinggal di penampungan yang ada di Dilli. Mereka disiksa dengan diwajibkan menanam karet sekaligus memproduksinya menjadi barang jadi. Mereka sudah seperti di karantina di neraka yang durasinya tidak manusiawi, yaitu minimal 4 tahun! Wah wah wah... karantina corona kalah ya, squad😂



Nah, udah keliatan kan kalo peraturan yang diterapkan Belanda hanya sebagai embel-embel belaka, padahal tujuan aslinya bikin pribumi banyak yang mati dan sebelum kematian mereka dimanfaatkan untuk kepentingan Belanda. Karena peraturannya udah kayak tiket cod sama malaikat pencabut nyawa, akhirnya banyak pribumi Aceh yang batal melakukan haji dan kemudian berimbas pada minimnya tingkat pendidikan. Dan setelah itu, 6 pendidikan makin surut bahkna hampir mati, Belanda dengan mudah menaklukkan Aceh tanpa harus repot-repot bermain pistol. 

Lalu untuk orang yang udah terlanjur haji sebelum ada peraturan mematikan itu, Belanda menerapkan sebuah gelar untuk mereka, yaitu Haji dan Hajjah. Tujuannya apa dong? Nah, tujuannya agar mudah mengenali mereka dan memberi pengawasan khusus, alias lebih waspada dengan gerak-gerik mereka. Belanda lebih intensif dalam memperhatikan mereka, tentu agar mereka tidak menyalakan lagi lampu pendidikan.

Nah, pasti squad udah tau apa kesimpulannya. Begitulah asal muasal gelar haji yang cuman ada di Indonesia. Dari sejarah tersebut, kita bisa tau seberapa pentingnya pendidikan. Aish... Penting bangeeet pendidikan tuh. So, bagaimana pun kenyataannya, pendidikan harus dinomorsatukan.

Semoga bermanfaat 😉













Komentar